Selasa, 03 Maret 2015

Metamorphosis Of The Book

Metamorphosis Of The Book
Buku yang kita kenal sekarang ini berupa kumpulan kertas yang disatukan, dijilid pada salah satu ujungnya dan berisikan tulisan dan gambar, bisa berupa buku bacaan, novel, komik, majalah dsb. Namun, taukah kita metamorfosis dari buku dan beberapa perangkat untuk membacanya? So, let’s get to know! Berbicara tentang buku, banyak sekali klaim mengenai kelahiran buku. Ada yang mengungkapkan, bahwa buku terlahir di Mesir sekitar tahun 2400-an SM, dan belum berbentuk seperti buku yang kita jumpai sekarang ini. Pada masa itu, buku hanya berbentuk gulungan-gulungan kertas papirus yang bertuliskan. Namun, ada pula yang mengatakan, bahwa buku telah ditemukan pada zaman Sang Budha di Kamboja. Sang Budha yang mendapat wahyu dan menuliskannya di atas sebuah daun, dan membacanya berulang kali. Sejarahnya tak berhenti di situ! Berabad-abad kemudian di Cina, para cendekiawan menuliskan ilmu-ilmu yang mereka milik di atas lidi yang dikaitkan satu dengan yang lain hingga menjadi satu. Hal demikian yang mempengaruhi tata cara penulisan di Cina. Di mana mereka menulis huruf-huruf Cina secara Vertikal atau dari atas ke bawah. Begitulah beberapa fakta yang dikemukakan mengenai pertama kalinya ditemukannya buku.
Nah, buku yang pertama kali terbuat dari kertas baru ada setelah negera yang kita kenal dengan julukan tirai bambu tersebut, menemukan kertas pada tahun 200-an SM dari bahan dasar bambu ditemukan oleh Tsailun. Kertas membawa dampak yang banyak dalam perkembangan dunia. Pedagang muslim membawa teknologi penciptaan kertas dari Cina ke Eropa pada awal abad 11 Masehi. Setelah penciptaan mesin cetak oleh Gutenberg, perkembangan buku mengalam revolusi yang luar biasa, kertas bisa bertahan lebih lama, lebih ringan dan disatukan menjadi satu menjadi buku yang sekarang kita kenal.
Buku pun semakin mengalami perkembangan, dan dapat diperuntukan pula bagi mereka yang tena netra. Bermula pada kelahiran Louis Braille pada tahun 1821. Louis kecil mengalami kebutaan saat berumur 4 tahun, yang dikarenakan mata Louis tertusuk oleh jarum. Pada tahun 1821, saat Louis bersekolah di sekolah khusus penderita tuna netra, seorang prajurit bernama Charles Barbier mengunjungi sekolah tersebut dan menunjukkan kode yang ia temukan, yang diberi nama “Night Writing” atau “Tulisan Malam”, yang dirancang khusus bagi tentara perang, yang menggunakan kombinasi 12 titik. Braille muda menyadari manfaatnya, ia berinisiatif untuk mengembangkannya menjadi lebih sederhana dengan menggunakan 6 titik saja. Pada tahun 1827, buku yang menggunakan 6 titik tersebut diberi nama Braille, telah diterbitkan pertama kalinya, hingga hari ini. Dan pada tanggal 6 Januari 1852, Louis Braille telah meninggal. Begitulah kita mengenal huruf Braille.

Semakin berkembangnya zaman dan teknologi pun, kita jumpai di sana-sini, semakin berkembang pula sebuah buku menjadi bentuk yang lebih sederhana. E-book pertama, mulai dari mereka yang termasuk dalam proyek Guttenberg oleh Michael S. Hart pada tahun 1971. Implementasi e-book awal adalah prototype dekstop yang digunakan untuk notebook yang diusulkan, Dynabook, 1970-an, PARC untuk PC portable, termasuk ke dalamnya yaitu membaca buku, ide-ide serupa diusulkan pula pada saat yang sama oleh Paul Drucker. Awal e-book pada umumnya ditulis untuk daerah khusus dan konsumen terbatas, dimaksudkan untuk dibaca oleh kepentingan kelompok kecil dan setia. Subyek e-book yaitu, teknik teknis manual manufaktur perangkat keras dan mata pelajaran lain. Banyak format e-book berkembang biak, beberapa didukung oleh pihak pengembang software perusahaan besar seperti Adobe PDF format, ada pula yang didukung oleh pihak independen dan sumber terbuka lainnya. Bermacam-macam format pembaca mengikuti aneka gadget yang ada, sebagaian besar mereka khususkan hanya dalam satu format saja. Dengan demikian memecah pasar e-book, karena terlala eksklusif dan keterbatasan pembaca e-book, dari pasar independen dan kurangannya tenaga ahli mengenai persetujuan standar untuk pengemasan dan penjualan e-book. Banyak penerbit buku yang memulai distribusi ke publik. Dan e-book tersedia melalui web, dan situs-situs tertentu, ada yang gratis dan berbayar dapat anda download. Kabar yang terbaru, mengabarkan bahwa google akan membuka toko Online, dimana kita bisa mendownload e-book secara gratis. Penjualan ebook diperkirakan akan melampaui buku cetak dalam lima tahun ke depan. Prediksi tersebut disampaikan Presiden Digital Reading Business, Sony Steve Haber.
Setelah munculnya e-book yang dampaknya sangat jelas bagi kita untuk mempermudah membaca. Muncul pula perkembangan karya Louis Braille, yang diaplikasikan kepada dunia teknologi. Kini huruf Braille telah dikembangkan untuk laptop dan PC, namun tak hanya itu. Kini para penyandang tuna netra dan tuna rungu pun dapat mengunakan ponsel dan mengaksesnya layaknya orang normal. Awal mula pengembangan ponsel untuk para tuna netra dikembangkan oleh Hasegawa dengan ponsel Braille-nya. Ponsel yang ia buat tak hanya menyertakan tampilan layar dan fungsi suara saja, namun juga mengirimkan pesan singkat (SMS). Sedang huruf Braille yang ada di dalamnya lebih dari sekedar kumpulan titik yang memungkinkan orang buta untuk membaca, tetapi dapat juga digunakan untuk para penyandang tuna rungu. Prototipe ponsel ini sebenarnya dikembangkan oleh Sadao Hasegawa seorang guru pada sekolah tuna rungu dan Nobuytki Sasaki seorang profesor dari Universitas Tsukuba Techology Jepang. Keunikannya ialah, ponsel ini merubah kumpulan titik-titik huruf Braille menjadi sekumpulan getaran unik.
Kemampunannya tidak hanya menciptakan percakapan antara satu orang atau lebih yang rusak pendengarannya, tetapi juga menciptakan pesan singkat. Produk ponsel bagi tuna netra lainnya sempat dirilis ialah “ALVA MPO”. Ponsel ini dibuat dengan kombinasi ponsel biasa dan PDA (Personal Digital Assistant) dengan fitur ekstra untuk orang buta atau yang mengalami masala dengan penglihatan. Dengan 20 cell Braille, keyboard 8 titik Braille, sebuah synthesizes, produk ini cukup unik. Dikemas dengan fitur lengkap mulai dari jaringan tri-band GSM, notetaker, SMS, agenda planner, alarm dan kalkulator. Bahkan kini fitur email, Internet browser, GPS (Global Positioning System) dan MP3 Player telah ditambahkan.
Didisain untuk orang yang mengalami masalah dengan penglihatan, ponsel ini menyertakan 12 tombol yang berfungsi seperti halnya “keypad Braille” untuk mengetikkan SMS seperti pada ponsel biasa. Sayangnya produk Samsung ini merupakan prototype yang belum dipasarkan secara komersial. Dan kini, para tuna netra kini dapat pula menggunakan ponsel “touch screen” (layar sentuh). Ponsel ini dibuat dengan mengandalkan teknologi getaran sehingga bisa menstimulus huruf Braille yang disuntikkan dalam ponsel tersebut. Jussi Rantala dari University of Tampere, Finlandia bersama dengan beberapa orang timnya menciptakan ponsel ini dengan prioritas menghadirkan huruf Braille pada ponsel. Huruf-huruf ini kemudian ditampilkan pada layar “touch screen”.
Para peneliti tersebut menggunakan ponsel dengan materi piezeoelectric yang terpasang pada “touch screen”. Nantinya, materi ini bergetar ketika teraliri sinyal elektrik. Huruf Braille akan terkodekan melalui dua pertiga matrix, di mana setiap huruf dipresentasikan dalam konfigurasi berbeda dari titik-titik huruf yang timbul tenggelam. Untuk mendukung perangkat ini, mereka menginstal software yang mewakili titik-titik huruf timbul sebagai pulse of intense vibration tunggal sedamgkan titik-titik huruf yang tenggelam dihadirkan sebagai longer vibration yang getarannya lebih lemah.
Itulah sejarah buku hingga saat ini, dari terbentuknya kertas hingga e-book dan berbagai cara untuk membacanya. Kita tunggu inovasi apalagi yang akan terjadi pada masa depan peradaban kita dalam membaca buku.
“Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar